STIKI, Malang – Tidak hanya untuk dimainkan, di era yang serba teknologi  saat ini game juga sudah mulai dilirik sebagai salah satu komoditas penghasil rupiah. Sebenarnya game sendiri memang memiliki nilai jual yang cukup tinggi, namun pasar game sendiri mulai meningkat sejak adanya game mario bros di tahun 90-an.

“Sebenarnya game sudah sejak lama ada namun ya memang pasarnya dulu minim, tidak ramai. Dulu game banyak tapi tidak ada yang beli.” Ungkap Amri Rizqi asal GDM.

Untuk itulah kemarin (12/11) STIKI Malang memberikan wadah bagi para pemuda pegiat game developer dan animasi maker Malang dalam acara Digital CollaborAction Power yakni agenda perdana Barenlitbang Malang dan Stasion (Komunitas Start Up Malang). Dalam acara yang digelar di ruang seminar Gedung A STIKI Malang ini para pemuda dipacu untuk membuat game dengan daya jual tinggi.

Tentunya banyak hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah desain dan juga teknik-teknik dalam pembuatan game. Seorang yang tidak memahami game alias tidak gemar memainkan game maka tidak boleh untuk membuat game.

“Ibarat roti, bagaimana kamu mau jual roti kalau tidak pernah makan rotinya? Selain itu kalian juga pastikan membuat game dengan team. Ya kalau misal mau sendiri saja ya ndak apa juga,” Tambah Amri Lagi.

Selain itu Kaprodi DKV STIKI Malang, Saiful Yahya, S.Sn., M.T. mengungkapkan pihaknya berharap akan semakin banyak muncul bibit-bibit pengusaha di bidang industri kreatif ini. Sejalan dengan hal tersebut STIKI Malang berkomitmen untuk terus menggelar lebih banyak kegiatan seperti ini untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang game sebagai peluang bisnis. (Humas/Irma)